Cara
dan Pembuatan serta Pemasangan Bronjong sebagai alat untuk
penanggulangan kerusakan akibat banjir, tebing sungai longsor, saluran
irigasi yang jebol. yang dapat dilakukan swadaya oleh masyarakat.
Membuat dan Memasang Bronjong
untuk Tindakan Penanganan Darurat Bencana oleh Masyarakat
Akibat
dari daya rusak air salah satunya adalah terban atau longsornya tepi
sungai atau bantaran sungai, dapat menjadi bencana bila daerah bantaran
sungai dihuni oleh penduduk atau merupakan sawah yang diusahakan oleh
masyarakat, sehingga penanganan secara dini dapat menggunakan bronjong
yang dibuat dari bahan sederhana seperti bambu atau dapat memohon
bantuan kawat bronjong siap pasang dari Dinas PSDA Propinsi Sumatera
Barat.
Berikut merupakan cara-cara dan upaya penanganan pembuatan dan pemasangan bronjong.
Apakah Bronjong itu?
Bronjong
merupakan sebuah anyaman dari belahan-belahan bambu atau kawat-kawat
atau bahan-bahan lain yang diisi dengan batu-batu untuk maksud tertentu.
Bronjong dapat dipergunakan untuk:
• Melindungi dan memperkuat tebing tanah, baik lereng sungai maupun lereng tanggul.
• Menjaga
tepi sungai terhadap arus aliran air dan usaha menjauhkan arus aliran
air dari tepi sungai yang merusak tebing-tebingnya.
• Membuat bendung untuk meninggikan taraf muka air.
• Dan lain sebagainya.
Berdasarkan atas bahan yang dipakai, bronjong terdiri atas bronjong bambu, bronjong kawat dan lain sebagainya.
Sedangkan
berdasarkan atas bentuknya, bronjong ada yang berbentuk bulat
(berbentuk silinder), bronjong matras dan lain sebagainya. Bangunan
bronjong bersifat sementara bukan konstruksi kekal (permanen).
Kekuatan
bronjong tergantung dari bahan-bahan yang dipakai untuk bronjong,
benda-benda yang hanyut melalui bronjong, agresif atau tidaknya dari air
yang mengalir di situ, adanya gangguan-gangguan dan baik tidaknya
pembuatan, pemasangan dan pemeliharaan bronjong-bronjong itu.
Bronjong Bambu
Bronjong bambu dibuat dari anyaman belahan bambu-bambu, biasanya berbentuk silinder diisi dengan
batu-batu. Garis tengah bronjong bambu biasanya diambil 0.40 – 0.50 m.
Apabila garis tengahnya diambil lebih besar, batu-batu dalam bronjong
tidak begitu kompak dan bronjong lebih mudah rusak.
Bronjong
bambu dapat tahan + 1 tahun, bila keadaan menguntungkan, pemeliharaan
dan perbaikannya dilakukan pada waktunya dengan baik, maka bronjong
bambu dapat tahan lebih lama. Bronjong bambu biasa dipergunakan untuk
pekerjaan-pekerjaan sederhana oleh desa, karena bambu mudah didapat,
harganya murah dan pada umumnya dapat dikerjakan oleh setiap orang.
Bronjong Kawat
Bahan
yang dipakai untuk bronjong kawat di Indonesia biasanya kawat telepon
dengan diameter 3 atau 4 dan kalau perlu 5 mm. Kawat yang biasa dipakai
untuk bronjong ialah kawat dengan 4 mm, karena cukup kuat dan masih
mudah untuk dianyam dengan tangan.
Keuntungan bronjong kawat:
• Cukup tahan lama.
• Fleksibel, jadi dapat mengikuti perubahan keadaan.
• Tidak memerlukan drainase.
• Dapat
dikerjakan oleh setiap pekerja yang terlatih dan untuk mengisi bronjong
dapat dipakai batu kali atau batu pecahan dan pula dapat dikerjakan
dalam waktu pendek.
Mata
anyaman kawat yang merupakan lubang-lubang dari anyaman bronjong
berbentuk segi enam, dibuat sedemikian rupa hingga lingkaran dalam dari
lubang itu tidak lebih besar daripada ukuran rata-rata dari batu yang
akan dipergunakan dan pada umumnya dapat diambil + 13 cm atau panjang sisi-sisi segi enam + 7,5 cm (hexagonal).
Untuk
mendapatkan anyaman yang kuat dan mudah dikerjakan serta tidak
memboroskan bahan kawat, maka dianjurkan cara menganyam 3 kali lilitan
dan satu kawat berjalan searah (lihat gambar 1).
Tiap-tiap
lilitan dapat mengurangi kekuatan kawat. Di luar negeri terdapat juga
pembuatan bronjong dengan satu lilitan. Mata anyamannya berbentuk segi
empat (lihat gambar 2).
Bronjong
kawat biasanya berbentuk prismatis, sebagai bentuk kasur dan
sisi-sisinya merupakan tempat-tempat yang lemah maka itu sisi-sisinya
perlu diperkuat. Pada umumnya bronjong berukuran: tebal 0.50 m, lebar
1.00 m dan panjang 3.00 m (lihat gambar 3).
Bronjong
yang dibuat tebal dan panjang menyimpang dari ukuran di atas, misalnya
dengan ukuran tebal 1.00 m, lebar 1.00 m dan panjang 3.00 m, harus
tiap-tiap 1.00 m panjang dibuat dinding antara (tussen schotten) supaya
kuat. Rusuk-rusuk bronjong harus diperkuat dengan kawat dan bilamana
perlu kawatnya ini dirangkap. (lihat gambar 5).